Dari AI hingga Cloud Computing: Kompleksitas Tantangan yang Dihadapi CISO (Chief Information Security Officer) di Era Digital

CISO – Chief Information Security Officer (CISO) tidak lagi sekadar mengawasi sistem keamanan teknologi informasi. Di era modern kini, CISO dituntut untuk mampu menempati peranan strategis business enabler yang bisa menjembatani antara inovasi teknologi, regulasi, dan perlindungan data perusahaan. Tantangan tersebut semakin kompleks dengan hadirnya Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan, cloud computing, serta tren transformasi digital yang berjalan begitu cepat.

Artificial Intelligence (AI) dalam Keamanan Siber

Artificial Intelligence dapat dianalogikan seperti dua mata pisau bagi CISO. Di satu sisi, AI bisa digunakan untuk threat detection yang lebih cepat, analisis log yang lebih akurat, hingga otomatisasi dalam merespons serangan. Namun, di sisi lainnya, para peretas juga dapat menggunakan AI sebagai tools untuk menciptakan serangan siber yang lebih canggih, seperti phishing yang sulit dibedakan dari komunikasi asli atau malware yang sudah diadaptasikan. Dan bagi CISO, tantangan terbesar yang berkaitan dengan AI adalah tanggungan untuk menyeimbangkan penggunaan AI sebagai pertahanan tanpa lengah terhadap potensi AI sebagai senjata peretasan.

Cloud Computing di Antara Efisiensi dan Kerentanan

Cloud computing memungkinkan perusahaan untuk lebih fleksibel dan efisien, tetapi juga menghadirkan risiko baru. Masalah seperti data breach, misconfiguration, dan kepatuhan regulasi lintas negara kerap menjadi sorotan. CISO harus memastikan strategi keamanan berbasis shared responsibility model, di mana perusahaan dan penyedia cloud sama-sama bertanggung jawab menjaga keamanan data. Salah satu risiko utama misalnya, yakni data breach. Data perusahaan yang tersimpan di cloud seringkali menjadi incaran peretas karena memiliki nilai yang tinggi dan dapat diakses dari berbagai titik rentan. Selain itu, misconfiguration atau kesalahan dalam pengaturan akses juga masih menjadi penyebab paling umum dari kebocoran data di cloud.

Tantangan lain yang tak kalah penting adalah kepatuhan regulasi crossborder atau lintas negara. Banyak perusahaan berstatus multinasional harus memastikan bahwa data konsumen/pelanggan diproses dan disimpan sesuai dengan hukum di berbagai yurisdiksi, mulai dari GDPR di Uni Eropa, CCPA di California, hingga Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2022 tentang Pelindungan Data Pribadi (PDP) di Indonesia. Kesalahan dalam memahami aspek hukum tersebut bisa berakibat pada sanksi denda maupun kerusakan reputasi perusahaan.

Untuk menjawab kompleksitas tersebut, CISO harus merancang strategi keamanan cloud yang mengacu pada shared responsibility model. Artinya, penyedia cloud bertanggung jawab atas keamanan infrastruktur (seperti server, jaringan, dan data center), sementara perusahaan sebagai pengguna bertanggung jawab atas pengelolaan data, kontrol akses, dan konfigurasi sistem. Tanpa pemahaman yang jelas terhadap pembagian tanggung jawab tersebut, maka celah keamanan akan selalu terbuka.

Faktor Sumber Daya Manusia Sebagai “Weakest Link”

Teknologi yang canggih tidak akan ada artinya tanpa budaya keamanan yang kuat di dalam perusahaan. Human error masih menjadi penyebab utama banyak insiden siber, mulai dari penggunaan password lemah hingga kelengahan terhadap social engineering. CISO menghadapi tantangan berupa kemampuan membangun security awareness di lingkungan internal perusahaan secara berkelanjutan, agar setiap pekerja menjadi garda terdepan pertahanan serangan siber.

Dulu, CISO identik dengan posisi teknis. Namun di era digital kini, CISO semakin dituntut untuk dapat menempati kursi strategis, berdialog dengan CFO, CEO, komisaris perusahaan, hingga stakeholder pemangku kebijakan. Keamanan siber bukan lagi isu teknologi semata, namun bertransformasi ,menjadi bagian integral dari strategi bisnis. Dari AI hingga cloud computing, tantangan yang dihadapi CISO di era digital semakin kompleks dan berlapis. Untuk bisa resilien, seorang CISO harus adaptif, kolaboratif, dan visioner. Artinya, CISO tidak hanya mengandalkan teknologi, tetapi juga membangun budaya keamanan dan memahami arah strategi bisnis perusahaan.
Dengan begitu, CISO tidak hanya berperan sebagai penjaga gerbang data, tetapi juga sebagai konseptor-eksekutor yang memastikan setiap inovasi teknologi berjalan aman. Di tengah cepatnya arus transformasi digital, CISO menjadi figur strategis yang menjembatani kebutuhan bisnis, kepatuhan regulasi, dan perlindungan data. Peran tersebut akan semakin krusial ke depan, mengingat keberhasilan perusahaan dalam membangun kepercayaan digital juga sangat ditentukan oleh sejauh mana CISO mampu menghadapi kompleksitas ancaman siber dengan visi yang adaptif dan kepemimpinan yang kuat.

Tim ahli/konsultan PT Xynexis International siap menjadi mitra strategis bagi CISO perusahaan dalam menghadapi kompleksitas ancaman siber. Dapatkan pendampingan terbaik dari tim Xynexis untuk memperkuat peran CISO dalam membangun ketahanan digital perusahaan kita, ya!

Related Articles