Xynexis – Artificial Intelligence (AI) kini telah merambah ke berbagai aspek kehidupan, termasuk bidang forensik digital. Teknologi ini menjadi tumpuan baru dalam menghadapi tantangan investigasi kejahatan siber yang semakin kompleks dan berskala besar.
Dalam episode podcast Let’s Talk Cyber bertajuk Mengulik Lebih Dalam Dunia Forensik Digital di Indonesia, Chairman AFDI, Izazi Mubarok, menyoroti bagaimana AI kini menjadi alat penting dalam mempercepat dan memperdalam proses investigasi digital. Namun, kemajuan ini juga membawa serta tanggung jawab etis dan hukum yang tidak ringan.
“Dengan bantuan AI, kita bisa klasifikasikan dokumen, kita bisa buat prediksi—misalnya hubungan antara pelaku dan bukti.” jelasnya.
Salah satu tantangan terbesar dalam forensik digital adalah volume data yang luar biasa besar dan beragam. Bukti digital dapat berupa log aktivitas dari server, file dokumen, rekaman komunikasi digital, hingga metadata tersembunyi. Semuanya perlu dianalisis dengan cermat dan cepat untuk memastikan penyelidikan tidak kehilangan momentum. Dalam hal ini, AI menjadi kunci: mempercepat proses pengumpulan, penyaringan, dan analisis data secara otomatis dan efisien.
“Teknologi membantu meringankan beban analis dalam memilah data, karena kalau semua dianalisis manual, waktunya bisa terlalu panjang.” tegasnya.
AI memungkinkan sistem untuk belajar dari pola sebelumnya, menandai anomali, atau bahkan mengenali hubungan tersembunyi antara satu data dengan yang lain—yang mungkin luput dari analisis manusia. Di sisi lain, penggunaan AI juga memudahkan visualisasi data kompleks agar lebih mudah dipahami oleh penyidik atau aparat hukum yang tidak berlatar belakang teknis.
Tantangan Penggunaan AI dalam Forensik Digital
Meski begitu, penerapan AI dalam dunia forensik digital tidak lepas dari tantangan besar, terutama dalam hal validitas hukum dan etika penggunaan teknologi. Bukti yang dihasilkan melalui sistem berbasis AI harus dapat dipertanggungjawabkan di pengadilan. Proses pengumpulan dan analisis harus transparan, terdokumentasi, dan dapat direplikasi – agar tidak diragukan keabsahannya secara hukum.
Selain itu, aspek lain yang kerap menjadi perhatian adalah potensi bias dalam algoritma. Jika sistem AI dilatih dengan data yang tidak representatif atau dipengaruhi asumsi yang tidak akurat, maka hasilnya pun bisa menyesatkan. Hal ini tentu berisiko besar dalam konteks investigasi hukum yang menyangkut hak dan nasib seseorang.
Oleh karena itu, pengembangan dan penggunaan AI dalam forensik digital harus memperhatikan prinsip-prinsip etika, keadilan (fairness), akurasi, dan transparansi. Keseimbangan antara kecanggihan teknologi dan tanggung jawab manusia menjadi fondasi yang harus dijaga.
AI sebagai Mitra Strategis, Bukan Pengganti
Meskipun kompleks, integrasi AI dalam digital forensik tetap menjadi harapan besar. Dengan kemampuan belajar yang terus berkembang dan daya proses yang tinggi, AI dapat menjadi mitra strategis dalam mempercepat pengungkapan kasus-kasus kejahatan siber. Namun, penggunaannya harus dilakukan secara bijak, akuntabel, dan didukung oleh regulasi serta standar etika yang jelas.
Dengan demikian, AI dalam forensik digital bukan hanya tentang kecepatan dan efisiensi, tapi juga tentang membangun sistem hukum yang adil, akurat, dan berintegritas di era digital.
Pembahasan lengkap topik ini tersedia di Podcast Let’s Talk Cyber dari PT Xynexis International di YouTube. Untuk konsultasi lebih lanjut atau kebutuhan solusi keamanan siber, Anda dapat langsung menghubungi tim Xynexis untuk penanganan yang profesional.