Jakarta – Dalam era di mana dunia fisik dan digital kian menyatu, ketahanan nasional tidak lagi hanya diukur oleh kekuatan militer dan ekonomi, tetapi juga oleh kekuatan di dunia siber. Menyikapi tantangan ini, Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (PERURI) bersama Xynexis International sukses menyelenggarakan Digital Resilience Summit 2025 pada 10-11 September 2025 di gedung PERURI, Jakarta. Acara bertema “Integrating Cybersecurity, AI, Quantum & Privacy for National Resilience” ini berhasil menjadi wadah strategis bagi para pemangku kepentingan untuk merajut masa depan Indonesia yang tangguh dan berdaulat secara digital.
Konvergensi Teknologi: Sebuah Keniscayaan dan Tantangan
Alasan mendasar diselenggarakannya acara ini adalah kesadaran bahwa ancaman di dunia digital semakin kompleks dan saling terhubung. Keamanan siber (cybersecurity) tradisional saja tidak lagi memadai untuk menghadapi kecanggihan serangan yang diperkuat oleh Kecerdasan Buatan (AI). Di saat yang sama, kemajuan teknologi Komputer Kuantum mengancam fondasi kriptografi yang selama ini melindungi data kita. Sementara itu, pemanfaatan AI masif menimbulkan kekhawatiran baru terhadap privasi dan etika.
Oleh karena itu, tema integrasi antara Cybersecurity, AI, Quantum, dan Privacy bukan sekadar wacana, melainkan sebuah keharusan strategis. Event ini hadir untuk menjawab kebutuhan tersebut, menekankan bahwa ketahanan digital hanya dapat dibangun dengan pendekatan holistik dan kolaboratif, di mana kebijakan, regulasi, dan kemampuan teknis berjalan beriringan.
Rangkaian Acara: Dari Strategi Hingga Implementasi Teknis
Summit ini dirancang dengan cermat dalam dua hari yang masing-masing memiliki fokus berbeda, mencerminkan kebutuhan akan pembahasan tingkat kebijakan dan implementasi teknis.
Hari 1: VIP Strategic Summit
Hari pertama merupakan forum eksklusif yang diisi oleh para pembuat kebijakan, pejabat kementerian, dan pimpinan lembaga negara. Acara ini membahas kerangka strategis untuk membangun kedaulatan digital Indonesia. Tokoh-tokoh kunci seperti Ibu Rini Widyantini – Menteri PAN-RB dan Prof. Brian Yulianto – Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi memberikan perspektif kebijakan nasional. Dwina Sepptiani Wijaya – Direktur Utama PERURI menegaskan komitmen PERURI dalam transisi dari percetakan uang konvensional menjadi garda terdepan solusi keamanan digital negara. Sesi-sesi strategis membahas bagaimana Indonesia harus mempersiapkan diri menghadapi era komputasi kuantum, menyusun tata kelola AI yang bertanggung jawab, dan memastikan bahwa privasi warga negara menjadi fondasi dalam setiap inisiatif digital.
Hari 2: Masterclass
Jika hari pertama berbicara tentang “apa” dan “mengapa”, hari kedua berfokus pada “bagaimana”. Masterclass menawarkan sesi pelatihan mendalam yang dipandu oleh para pakar, termasuk Eva Noor – CEO Xynexis International dan Farah Fitria Rahmayanti – Direktur Digital Business PERURI. Para profesional dari berbagai sektor mendapatkan pembekalan teknis yang actionable, mulai dari menerapkan AI Security, konsep Privacy-by-Design dalam pengembangan aplikasi, hingga menyusun strategi ketahanan digital untuk organisasi mereka. Kelas ini dirancang untuk memastikan bahwa insight strategis dari hari pertama dapat diimplementasikan di lapangan.
Konvergensi Pemangku Kepentingan dan Sponsor Teknis
Keberhasilan acara ini juga ditunjang oleh partisipasi aktif para C-Level dari berbagai perusahaan swasta serta dukungan dari sponsor. Keterlibatan sponsor menunjukkan bahwa membangun ketahanan digital adalah tanggung jawab kolektif antara pemerintah, BUMN, dan swasta. Setiap sponsor membawa solusi unggulan di bidangnya, menciptakan ekosistem pengetahuan yang lengkap bagi para peserta.
Ringkasan dan Warisan Berharga Digital Resilience Summit 2025
Digital Resilience Summit 2025 telah meninggalkan warisan yang signifikan bagi perjalanan transformasi digital Indonesia. Acara ini bukan sekadar seminar, melainkan sebuah gerakan kolaboratif yang menyatukan visi dan aksi.
-
Peningkatan Kesadaran Strategis: Forum ini berhasil mengangkat diskusi tentang keamanan siber, AI, dan kuantum dari tingkat teknis menjadi tingkat strategis nasional, menyadarkan semua pihak bahwa ini adalah isu kedaulatan.
-
Jembatan antara Kebijakan dan Teknis: Pembagian acara menjadi Strategic Summit dan Masterclass memastikan adanya aliran pengetahuan yang lancar dari perumus kebijakan ke para pelaksana di lapangan, dan sebaliknya.
-
Kolaborasi Penta-helix yang Nyata: Kehadiran pemerintah, BUMN, swasta, akademisi (melalui pembicara), dan komunitas teknologi dalam satu platform memperkuat keyakinan bahwa Indonesia memiliki kapasitas untuk menghadapi tantangan digital secara bersama-sama.
-
Akselerasi Persiapan Teknologi Masa Depan: Dengan membahas ancaman kuantum dan peluang AI sejak dini, Indonesia diharapkan tidak lagi menjadi penonton, tetapi pemain aktif yang siap menghadapi disrupsi teknologi.
Digital Resilience Summit 2025 telah menjadi milestone penting. Acara ini sukses meletakkan batu pertama bagi sebuah pondasi kokoh menuju Indonesia yang tidak hanya mampu bertahan dari badai disruptif teknologi, tetapi juga mampu memanfaatkannya untuk melompat maju, mencapai cita-cita negara yang berdaulat, maju, dan tangguh di dunia digital.

